Selasa, 13 Januari 2009

Guru Harus Bisa Tumbuhkan Inspirasi

Naskah Lomba Penulisan Artikel Guru
Tema: Fenomena Google dan Cara Mengajar Guru


BELAJARLAH DARI GOOGLE
Oleh : Susanto, S.Pd*)
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 3 Bojonegoro

Intisari:
Guru perlu menjalin hubungan secara personal dengan siswa agar mereka mampu mengembangan potensi dirinya. Sebab bagaimanapun apabila guru tidak memperbaiki kualitas performansinya terntunya kehadiran guru akan tersaingi dengan tehnologi. Kongretnya fenomena tehnologi internet saat ini adalah salah satu contoh begitu maha dahsyatnya. Kalau kita mau jujur begitu kita akses internet semacam „google segala sesuatu dengan cepat dan mudah kita dapatkan. Ini menggambarkan bahwa keberadaan tehnologi memiliki peran yang sangat dominan bagi kehidupan manusia. Dalam arti siswa, guru, orang tua untuk segera belajar dari google. Guru bisa terbatas kemampuan dan pengetahuannya. Tapi google lebih tahu segalanya.

Denyut perubahan dan kemajuan yang begitu pesat akhir-akhir ini menjadikan dunia semakin kompleks termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu indikatornya, bahwa masalah keberadaan internet sudah tidak asing lagi baik itu siswa atau guru. Fenomena itu terlihat bahwa sekarang keberadaan internet semacam google sudah tidak asing lagi. Artinya, degub perubahan itu juga memberikan implikasi luas terhadap sendi-sendi yang terkait dengan perubahan yang ada didunia pendidikan. Dalam konteks yang demikian, peran adanya pemahaman yang jernih terhadap perubahan itu.
Kurangnya peran serta orang tua terhadap pendidikan sangat tercermin terhadap mutu pendidikan pada masa sekarang ini. Belum lagi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah yang kurang memadahi membuat proses belajar mengajar siswa menjadi terhambat dan juga berakibat pada prestasi siswa yang cenderung “amburadul”.
Dalam konteks ini ada sejumlah permasalahan mendasar yang perlu kita renungkan kembali sekaligus menjadi kajian mendalam bagi terciptanya iklim pendidikan yang kondusif. Artinya, melalui tulisan ini muncul pertanyaan. Untuk siapakah mutu pendidikan ini? Sudahkah masyarakat terlibat dalam penyusunan kebijakan dalam kaitannya dengan permasalahan mutu pendidikan? Ataulah sebaliknya? Bagaimana idealnya pendidikan kita yang berporos dan berbasis masyarakat? Pola pendidikan yang bagaimana yang bermutu? Perlukah moralitas dalam mutu pendidikan kita? Masih relevankah keberadaan guru di abad 21 yang berbasis Tehnologi dan Informasi saat ini? Apa yang harus diperankan oleh guru? Haruskah kita belajar dari google?

Pola Pendidikan Bermutu
Agar proses pembelajaran terhadap siswa menjadi lancar dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Paling tidak sekolah harus memenuhi lima ciri kriteria agar dapat membuat proses belajar mengajar menjadi lancar Pertama, adalah dalam setiap proses pembelajaran siswa dan guru harus seperti keluarga, pada sektor ini murid harus diperlakukan sebagai individu yang utuh, maksudnya seluruh anak didik harus di didik dan mereka tidak dipaksa untuk berfikir terlalu keras tanpa melalui proses pembelajaran terlebih dahulu. Misalnya jika seorang guru pengajar melakukan free test secara mendadak tanpa memberi tahu siswa terlebih dahulu maka siswa akan merasa tertekan dan memaksakan otaknya untuk mengingat materi lebih banyak dari kapasitas memori di otaknya, maka seorang siswa tidak akan memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah free test tersebut. Lain halnya jika beberapa hari sebelum pelaksanaan free test tersebut seorang guru pengajar memberitahukan kepada anak didiknya bahwa beliau akan melaksanakan free test, maka siswa akan mempersiapkan diri terlebih dahulu guna menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan oleh guru pengajar kepada dirinya.
Kedua adalah proses pembelajaran laksana rumah sakit, yaitu adalah proses pembelajaran dalam membedakan manajemen dan pengambilan keputusan-keputusan secara profesional dengan melalui percobaan-percobaan yang telah terbukti kebenarannya. Karena dalam proses pembelajaran ini harus lebih dahulu melaksanakan diaknosa perspektif, proses pembelajaran ini adalah proses pendekatan yang bersifat klinik.
Ketiga adalah proses pembelajaran laksana pertempuran atau zona perang. Sebuh gambaran tentang proses pembelajaran yang harus selalu aktif dan agresif namun masih dalam situasi yang damai. Pada sektor ini seorang siswa harus bersaing secara ketat dan selektif namun masih dalam status damai guna memperoleh nilai yang terbaik di bandingkan teman-teman sebayanya. Seorang siswa harus belajar lebih giat lagi guna mampu bersaing dengan teman-teman yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi diatasnya.

Good Teacher Inspires
Untuk mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggungjawab, terampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi. Bangsa Indonesia harus melakukan perubahan pada sektor pendidikan agar mampu terlaksanakan.
Di sisi lain hanya guru pengajarlah yang paling memahami mengapa prestasi belajar siswa menurun, mengapa sebagian murid bolos atau bahkan putus sekolah, metode belajar apakah yang efektif, apakah kurikulumnya dapat dilaksanakan dan masih banyak lagi permasalahan yang ada. Pada sektor ini para pengajar dan kepala sekolah harus dapat bekerja sama untuk mencegah masalah-masalah yang menyangkut proses pembelajaran tersebut. Untuk itu kepala sekolah dan guru pengajar harus dikembangkan kemampuannya dalam melakukan kajian serta analisis agar semakin peka dan memahami dengan cepat cara-cara pemecahan masalah pendidikan di sekolahnya masing-masing. Dengan kata lain bagaimana guru itu bisa dirindukan oleh pembelajar (baca: siswa).
Untuk itu, paling tidak guru harus, pertama, guru harus bisa menjadi sumber inspirasi (good teacher inspires). Guru perlu menjalin hubungan secera personal dengan siswa agar mereka mampu mengembangan potensi dirinya. Sebab bagaimanapun apabila guru tidak memperbaiki kualitas performansinya terntunya kehadiran guru akan tersaingi dengan tehnologi. Kongretnya fenomena tehnologi internet saat ini adalah salah satu contoh begitu dahsyatnya. Kalau kita mau jujur begitu kita akses internet semacam google segala sesuatu dengan cepat dan mudah kita dapatkan. Ini menggambarkan bahwa keberadaan tehnologi memiliki peran yang sangat dominan bagi kehidupan manusia. Dalam arti siswa, guru, orang tua untuk segera belajar dari google. Karena google lebih tahu segalanya.
Kedua, Guru harus bisa mengubah cara mengajar dan merespon perkembangan dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif. Dengan cara ini pembelajar dalam hal ini siswa dapat mempeoleh sesuatu dengan cermat dan tidak membosankan. Dalam hal ini saya sependapat apa yang dikatakan oleh Martha Kaufeldt (2008: 19-20) dalam bukunya yang berjudul: Wahai Para Guru, Ubahlah Cara mengejarmu. Risetnya telah memperlihatkan bahwa pengalaman belajar yang diperlukan dengan metode yang jelas akan mempercepat pertumbuhan otak. Dalam konteks yang demikian ada tiga hal yang perlu dikembangkan. Pertama, ajarlah anak-anak tentang otak mereka. Para siswa dalam hal ini perlunya diajak untuk menuangkan gagasan-gagasan segera dalam waktu singkat, ketika para pembelajar dalam mengalami kebingungan dalam materi atau persoalan yang mereka hapi baik yang ada dirumah amaupn di sekolah.
Kedua, Bangunlah ke dalam masing-masing pelajaran lebih banyak kesempatan untuk pengalaman-pengalaman dari orang yang telah mengalaminya secara langsung. Jangan beranggapan kalau semua siswa telah memiliki pengetahuan yang diperlukan terlebih dahulu sebelum menerima konsep baru.
Ketiga, susunlah secara harmonis dan sistematis kesempatan-kesempatan untuk lebih berfikir. Artinya guru harus lebih banyak memberikan kesempatan siswa dalam memproses gagasan baru daripada hanya menerima suatu tingkatan pemahaman yang paling sederhana dan kemudian beru bergerak ke konsep berikutnya.

Masyarakat Sebagai Pusat Layanan
Fungsi pemerintah dalam membangun pendidikan adalah sebagai fasilitator untuk mendukung sekolah-sekolah agar berkembng menjadi lembaga profesional dan otonom. Sehingga mutu pelayanan mereka memberi kepuasan terhadap komunitas basisnya, yaitu masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pengembangan mutu pendidikan di Indonesia harus menjadi hal utama. Dengan kata lain, mayarakat sebagi pusat layanan dalam hal jasa pendidikan paling tidak ada beberapa hal yang harus dicermati. Pertama, masyarakat sebagai motivator. Pada sektor ini masyarakat harus memberi motivasi bagi siswa guna menentukan pribadi yang baik, terampil dan bertanggung jawab, serta dapat menemukan inovasi-inovasi baru yang berguna bagi kehidupan umat manusia.
Kedua, masyarakat sebagai pembimbing, di sini masyarakat berperan serta sebagai pembimbing serta Pembina dari suatu pembelajaran yang dilakukan oleh seorang siswa, contoh seorang siswa yang melakukan wawancara kepada seorang Pejabat Tinggi Negara yang menanyakan tentang visi dan misinya untuk memajukan daerahnya.
Ketiga, masyarakat sebagai pengawas, pada sektor ini masyarakat berperan serta dalam pengawasan proses pembelajaran seorang siswa. Masyarakat harus mengawasi dan mengingatkan kepada pelajar jika proses pembelajaran yang dilakukan mengalami kesalahan.
Keempat, masyarakat sebagi pengembang bakat, pada sektor ini masyarakat berperan serta guna mengembangkan bakat terpendam dari seorang siswa. Contohnya masyarakat memberikan kesempatan kepada seorang siswa yang telah lulus sekolah dengan cara memberikan kesempatan bekerja agar siswa tersebut dapat mengembangkan bakatnya pada sektor perdagangan.
Kelima, masyarakat sebagai investor, pada sektor ini masyarakat membantu meringankan beban sekolah dengan cara menyumbang dana guna memenuhi sarana dan prasarana pendidikan.
Berdasarkan permasalahan kelima hal tersebutlah yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia agar mutu pendidikan di Indonesia menjadi maju dan berkembang. Sisi moral hanya sekolah dan masyarakat yang mengetahui berbagai persoalan pendidikan yang dapat menghambat peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian mereka yang seharusnya menjadi pelaku utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakatnya.
Harapan saya adalah bangsa Indonesia menjadi negara yang maju dan berkembang dalam sektor pendidikan khususnya terkait mutu. Dalam konteks yang demikian, masyarakat Indonesia dapat berperan serta untuk membantu mengembangkan mutu pendidikan Indonesia di mata dunia. Sebab bagaimana proses pendidikan yang bermutu harus tersinergikan antara manajemen sekolah (baca: pelaku pendidikan) dengan masyarakat sebagai pusat layanan. Alhasil pendidikan yang bermutu, bermoral dan bermartabat akan terwujud manakala guru harus tetap menjadi inspirasi bagi siswa dalam pendidikan khususnya saat pembelajaran di kelas. Dan terpenting juga bias belajar dari kehadiran tehnologi semisal google. Bagaimana dengan para guru, siswa, orang tua, dan juga masyarakat? Siapkah Anda? (***).


*) Penulis adalah Peserta Konggres Guru Indonesia (KGI) 27-29 Nopember 2008 Di Jakarta. Guru SMA Negeri 3 Bojonegoro - Jawa Timur. Email: zuzanto@telkom.net. No. Rekening BNI Cab. Bojonegoro: 0072730090. Kini tinggal di Jl. Kyai Mojo Gang Buyut Pani V Bojonegoro. Telp. 0353-7705106, HP. 085-63063498



Daftar Pustaka:

Kaufeldt Martha. 2008: Wahai Para Guru, Ubahlah Cara mengejarmu. Bandung: Penerbit Grasindo.






Lampiran :
Daftar Riwayat Hidup (Kurikulum Vitae)

Nama : Susanto, S. Pd.
Tempat tanggal lahir : Bojonegoro, 15 Mei 1970
Pekerjaan : PNS Guru SMA Negeri 3 Bojonegoro
Jl. Monginsidi 9 Bojonegoro
Telp. 0353-882180 Bojonegoro
Jawa Timur
Alamat : Jl. Kyai Mojo Gg Buyut Pani V
Bojonegoro HP. 085-63063498
0353-7705106,
E-mail : zuzanto@telkom.net
Blog. : rahmasusanto.blogspot.com
NIP : 132 158 299
Golongan : III-d
Nomor Rekening : BNI Cabang Bojonegoro: 0072730090
Pendidikan Terakhir : S-1 IKIP Malang, 1995 Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Prestasi : Pernah mendapatkan Program
Bea Siswa TID (Tunjangan Ikatan Dinas)
sehingga diangkat menjadi PNS tidak
melalui tes dan langsung diangkat
atau penempatan.
Pengalaman mengajar : 1995-1996 mengajar di SMA
Negeri 1 Kedungadem-Bojonegoro;
Pada tahun 1997-2003 mengajar di SMP
Negeri 1 Sampang Madura. Pada tahun
2003 sampai sekarang mengajar
di SMA Negeri 3 Bojonegoro
Jawa Timur. Menjadi Dosen pada IKIP PGRI
Bojonegoro 2008-sekarang.

Pengalaman pedagogik : Lulus Sertifikasi tahun 2008 dengan nilai: 1177.


Pengalaman Menulis dan Tulisan yang Pernah Dimuat di Media Massa:

1. Jawa Pos, 16 April 1993: Ujian Depkeu
2. Jawa Pos, 24 Juni 1993: Reorientasi Fungsi
3. Jawa Pos, 1 Februari 1994: “Ayam Kampus” Merambah Menara Gading
4. Jawa Pos, 7 Maret 1994: Skorsing yang Mendidik
5. Jawa Pos, 19 Mei 1994: Mewaspadai Joki UMPTN
6. Jawa Pos, 8 Juni 1994: Rektor Digugat Mahasiswa Sendiri
7. Jawa Pos, 28 Juli 1994: PP 15 1994 dan Nasib PT
8. Surya, 30 Agustus 1994: Kepuasan Pria dari Nyeleweng: Benarkah?
9. Jawa Pos, 18 Oktober 1994: Surat Terbuka untuk UKSW
10. Surya, 19 Oktober 1994: Komentar lomba ludruk Se-Jawa Timur: Ludruk Ditengah Derasnya Informasi Global.
11. Jawa Pos, 25 Januari 1995: Gelar dan Plus-Minus PT
12. Jawa Pos, 5 Maret 1995: Resensi Buku: Keadilan Versi Feminisme
13. Jawa Pos, 12 Juli 1995: Delik Perizinan, Dilema Rektor


14. Karya Darma, 28 Februari 1996: Angin Segar Bagi LPTK
15. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 19 November 2002: Genderang Pilbup Bojonegoro
16. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 15 Juli 2003: Tanggapan untuk Mundzar Fahman: Bila Budaya Korupsi Kian Membumi
17. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 11 Feb 2004:Perempuan Jadi Wakil Rakyat: Why Not?
18. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 3 Nov 2004: Seleksi CPNS-GB Semarawut: Salah Siapa?
19. Radar Bojonegoro, Jawa Pos, 6 Februari 2005 : Reorientasi UNAS
20. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 22 Mei 2005: Pro dan Kontra Penerapan SKS di SMA
21. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 8 Agustus 2005: Membangun Bojonegoro Berbasis Kerakyatan
22. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 14 Mei 2006: Sekali Lagi Menyoal Ujian Akhir Nasional: UAN dan BUDAYA INSTAN.
23. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Rabu, 28 Juni 2006: Pro dan Kontra Unas Ulang.
24. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Rabu, 6 Desember 2006: Penghentian Tayangan Smack Down.
25. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 25 Maret 2007: Tanggapan atas Tulisan Agus Rismanto Susanto: Pilkada dan Hegemoni Politik Uang.
26. Jawa Pos : Selasa, 24 Juli 2007: Prokon Aktivis; Tayangan TV Pemicu Kekerasan Anak
27. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 27 Januari 2008: Tanggapan untuk Muhajir, S.Pd: Unas 2008 (Bisa) Membunuhku.
28. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 6 April 2008: Dibalik Pemblokiran Situs Porno: Remaja; Bagaimana Harus Bersikap?
29. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Rabu, 2 Juli 2008: PSB Online: Siapa yang Diuntungkan?
30. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 31 Agustus 2008: Ramadan 1429 H Momentum Introspeksi Diri dan Antikorupsi.
31. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 5 Oktober 2008: Ijazah Instan dan Plus-Minus PT.
32. Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 26 Oktober 2008: Refleksi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober; Revitalisasi Semangat Sumpah Pemuda
33. Radar Bojonegoro, Jawa Pos; Minggu, 7 Desember 2008: Catatan dari Kongres Guru Indonesia (KGI) 27-28 Nopember 2008: Guru Harus Bisa Tumbuhkan Inspirasi.
34. Radar Bojonegoro, Jawa Pos; Rabu, 24 Desember 2008: Refleksi Mothers Day 22 Desember 2008: Wanita dan Karakeristik Bangsa

Prestasi Lomba Kepenulisan:

1. Menjadi juara II se-Kab. Bojonegoro dalam Lomba Menulis Essay untuk kategori Guru yang diselenggarakan oleh DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bojonegoro pada tanggal 11 Juni 2006 dengan Judul: Surat Terbuka Kepada Bupati Bojonegoro.

2. Menjadi juara II se-Kab. Bojonegoro dalam lomba Menulis Resensi Buku yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) yang bekerjasama dengan Exxon Mobile Ltd. Pada tanggal 26 Oktober 2008.

3. Menjadi Juara II se-Jatim dalam lomba menulis artikel ilmiah kategori guru yang diselenggarakan oleh panitia dies natalis Unair Surabaya ke-54 pada 29 Nopember 2008.

Pengalaman Organisasi Kepenulisan:

1. Menjadi Staf Redaksi Majalah MAKNA Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Malang tahun 1993/1994.
2. Menjadi Staf Redaksi Koran Kampus KOMUNIKASI IKIP Malang tahun 1993/1994.
3. Menjadi Pembina Majalah REFLEKSI News SMA Negeri 3 Bojonegoro tahun 2003 sampai sekarang.
4. Menjadi salah satu tim penyusun Bahan Ajar (BUKU PEGANGAN) Kurikulum KTSP SMA DIKNAS se-Kabupaten . Bojonegoro tahun 2006.
5. Menjadi salah satu tim pengembang KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) DIKNAS Bojonegoro tahun 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar