Sabtu, 27 Juni 2009

tugas pak edi dan pak sarwiji yang paling sulit

1 komentar:

  1. Mas/dik atau teman-teman seperjuangan:
    iki tugase Pak Sarwiji yang no5. Bgm udah selesai semua.
    Sebut dan jelaskan ciri-ciri buku pelajaran yang baik! Sintesiskan pendapat Jack C. Richards dan Tomlinson!
    Buku pelajaran yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap siswa. Dengan buku pelajaran yang kualitas tentunya akan berdampak terhadap apa yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran. Paling tidak ada beberapa ciri khusus buku pelajaran yang baik: (a) menimbulkan minat baca (b) ditulis dan dirancang untuk siswa (c) menjelaskan tujuan intruksional (d) disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang dicapai (e) memberikan kesempatan siswa untuk berlatih (f) mengakomodasi kesulitan siswa (g) menjelaskan cara mempelajari bahan ajar (h) mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa (i) gaya penulisannya komunikatif dan memberikan rangkuman serta kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa.


    Yang ini tugas Pak edi Beda Fonem /f/ dan /v/
    Untuk menentukan pilihan apakah dalam bahasa Indonesia ada fonem /v/ dan /f/ atau hanya /f/, pertimbangan-pertimbangan berikut layak digunakan. Pertama, dalam bahasa sumber (donor), seperti dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris, ada fonem /v/ dan fonem /f/. Dasar yang dipergunakan tentu saja adalah cirinya yang distingtif. Kedua, dalam bahasa Indonesia ada fon /v/ dan fon /f/. Fon [v] seperti pada kata valuta adalah realisasi fonem /v/, bukan ralisasi fonem /f/. Ketiga, ada fon [f] yang merupakan realisasi fonem /f/ seperti pada kata fiktif dan yang merupakan realisasi fonem /v/ seperti pada kata rival dan vital. Pertimbangan ciri distingtif tampaknya tidak dapat diterapkan karena banyak kata dalam bahasa Indonesia yang mengandung /v/ dengan realisasi [f].
    Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, cukup beralasan jika diperikan bahwa:
    Bahasa Indonesia terdapat dua fonem konsonan labiodental friaktif, yakni fonem labiodental friaktif bersuara /v/ dan fonem labiodental friaktif tak bersuara /f/ sebagaimana yang dikemukakan oleh Lacdonald dan Dardjowidjojo (1967). Hal yang layak diterima adalah implikasi realisasi fon [v] dan [f] bagi fonem /v/ dalam pelafalan bahasa Indonesia. Preferensi realisasi [v] perlu ditegakkan untuk menciptakan kaidah yang konsisten. Bahwa mayoritas penutur bahasa Indonesia tidak menggunakan fonem /v/, tetapi menggunakan fonem [f] dan [p], sebagaimana yang dikemukakan oleh Macdonald dan Dardjowidjojo (1967:14), dapat disikapi sebagai bukti adanya realisasi fonetis fonem /v/ yang belum ideal.
    Berdasarkan uraian tersebut, perian realisasi fonetis fonem /v/ dan /f/ masing-masing dapat dikemukakan sebagai berikut.
    Fonem /v/ direalisasikan dalam dua alternatif fon, yakni fon [v] dan [f]. Realisasi [v] terwujud jika tidak terjadi kenirbersuaraan 9devoicing), sedangkan realisasi [f] terwujud jika terjadi kenirbersuaraan.
    Fonem /f/ direalisasikan dalam satu alternatif fon, yakni [f].
    Contoh-contoh lain fonem /v/ yang direalisasikan sebagai [v] dan [f] dapat dilihat pada kata- kata berikut.

    Realisasi /v/
    Valid [valid]
    Visa [visa]
    Kavaleri [kavaleri[
    Revolusi [revolusi]



    Realisasi /f/
    Evaluasi [efaluasi]
    Vakansi [fakansi]
    Vital [fital]
    Revisi [refisi]

    Berdasarkan perian tersebut, dapat dikemukakan bahwa ada fon [f] yang merupakan realisasi fonetis fonem /v/ dan ada fon [f] yang merupakan realisasi fonem /f/. Akan tetapi, preferensi perlu dikemukakan, yakni realisasi ideal fonem /v/ adalah [v], bukan [f]. Dalam konteks pembakuan lafal, preferensi tersebut dipandang penting. Realisasi fonem /v/ menjadi [v] adalah realisasi yang baku, sedangkan realisasi fonem /v/ menjadi [p] adalah realisasi tidak baku. Tumpuan harapan realisasi lafal baku tersebut penutur kalangan terpelajar.

    BalasHapus