Senin, 29 Juni 2009

Resensi Novel The Road to the Empire Karya Sinta Yudisia

Resensi Novel:

Judul Buku : The Road to the Empire
Pengarang : Sinta Yudisia
Tahun terbit : Cetakan I/Desember 2008
Tempat terbit : Jakarta
Penerbit : Lingkar Pena Kreativa
Harga : Rp. 63.000
Tebal buku : ix + 573
Peresensi : Susanto *)







ISLAM DI TENGAH HEGEMONI CINTA DAN KEKUASAAN

Islam adalah agama yang damai. Keberadaannya tidak mengenal kekerasan, kemunafikan, trik dan intrik akan tetapi selalu menebar kebaikan dan cinta kasih kepada sesama meski terkadang dalam realitanya berbeda. Pengalaman pedih sepedih sayatan pedang Panglima perang Mongol Albuqa Khan (AK) selalu muncul tatkala memperjuangan Al Islam. Dan ternyata fenomena itu mungkin juga mungkin terjdi pada masa kini.
Sinta Yudisia (SY) lah yang telah menjawab dengan gamblang problematika Islam masa lalu ke era yang serba pragmatis dan prural ini. SY dalam buku novelnya The Road to the Empire (TRE) mencoba menarik sebuah relevansi kepemimpinan yang bernuansa politik dengan setting romantisme cinta di tengah tinggi dan luhurnya peradaban kekaisaran Mongolia. Dengan kata lain SY dalam TRE ini ingin mengatakan pada kita semua bahwa peradaban suatu bangsa akan selalu luhur, tidak mudah terkikis, dan selalu disegani oleh siapapun bukan didasarkan pada kekerasan, tipu daya, fitnah akan tetapi melalui pencitraan yang baik baik perilaku maupun santun dalam bertutur.
TRE yang tebal 573 halaman ini terbagi dalam 11 bab. Antara satu sama lain saling simultan. Antara lain: serpih masa lalu, kitab rahasia sejarah, awal muharram, takdir syakhrisyabz, ujian kesetiaan, markas baru di Khotar, kelompok kecil, jalan pilihan, serangan mulumuqi, perang terbuka di turpan, dan menuju singgasana baru.
Secara prinsip isi buku SY ini diiawali dari hal serpih masa lalu SY mengawali novelnya dengan memberikan diskripsi masa lalu kekaisaran Mongol yang akhirnya tercermin juga pada rezim Tuquq Timur Khan (TTK) yang selalu mengukur orang lain kecil dan kekuasaan adalah segalanya. Baginya kekuasaan adalah panglima. Kekuasaan yang diembannya diselimuti oleh ambisi kejam, dan narsis yang bangga menyebut keturunan dan kebesaran Jenghiz kahn (hal: 8/paragrap 3). Dia selalu mendewakan kehidupan dengan serba beraroma darah. Yang tersisa hanyalah perang dan ketakutan yang tak pernah bertitik terang. Misalnya SY memaparkan bagaimana si tangan besi TTK melalui AK yang nyaris membunuh Syaikh Jamaluddin seorang musyafir yang telah membuat TTK marah dan darahnya telah menetes di leher (hal 11/paragrap 6).
Pada novel ini SY mengangkat sebuah epik tentang Takudar Muhammad Khan (TMK), seorang muslim pewaris sah tahta Mongol yang akhirnya tersingkir karena sebuah konspirasi busuk, culas, penuh tipu daya dan tidak beradab
Melalui tatanan nuansa bahasa yang penuh style dan deskripsi suasana Mongol langsung menyambut, terasa begitu nyata, seolah pembaca diajak masuk ke dalam cerita dan ikut menyaksikan bagaimana geografi negeri Jenghiz Khan (JK) itu.
Panglima Albuqa Khan yang licik akhirnya dapat menewaskan Kaisar TTK dan Permaisuri Ilkhata, TK menghilang. Tak bisa dielakkan, Arghun Khan (AK) sang pangeran kedua maju sebagai kaisar baru. AK tak ubahnya seperti TTK juga berkepribadian narsis dan ambisius yang ingin menguasai dan menyatukan seluruh dunia dalam satu pusaran imperium membawa dampak dahsyat dan sangat besar. Akhirnya berklimak AK menyiapkan pasukan untuk melakukan ekspansi ke Barat, yang sasaran strategi gerilyanya adalah Jerrusalem. Pasukan Muslim yang selama ini masih bergerak di bawah tanah merasa mendapatkan peluang dan “angin” kinilah moment yang secar tepat untuk memberi perlawanan kepada lawan politiknya yang selama ini telah membuat resah.
Baruji atau TMK mengalami dilema, kegelisahan, kebimbangan dan perang psikologis. Disatu sisi ia tahu membiarkan AK berarti membiarkan pembunuhan massal terhadap kaum muslim dan orang-orang tak berdosa, namun AK tetaplah adiknya yang ia sayangi. Ditengah suasana hatinya yang tak menentu, kekuatan umat Muslim mendapat berbagi goncangan dan mulai tidak solid dengan hadirnya konflik dengan sekutu dan juga sesama orang muslim sendiri. Dan lagi-lagi SY menghadirkan tokoh-tokoh lain pun mulai memainkan peran dalam karakter yang mumpuni. Dia adalah Buzun, sang pangeran ketiga yang mengabdi di kerajaan, sebenarnya tak suka dengan gaya kepemimpinan AK dan mulai mencari TMK.
Memang kalau hanya memahami diawal-awal buku ini memang seakan-akan SY berbicara sejarah masa lalu kekasiran Mongolia. Namun kalau dicermati lebih detail TRE ini memang beda dan sangat luar basa. Hal itu terlihat bagaimana SY menghadirkan sososk wanita-wanita cantik dalam alur ceritanya sehingga novel ini dulunya terkesan sejarah banget akhirnya hilang teralihkan pada cerita cinta dan romatisme para tokohnya. Bagaimana kesabaran dan perhatian Almamuchi, seorang gadis suku Tar Muleng sekaligus pelayan setia TMK senantiasa meneguhkan hati tuannya. Urghana, putri tertua AK, begitu membenci ayahnya dan AK. Namun terpaksa harus merelakan dirinya menjadi “jaminan” demi nama baik dan kehormatan keluarganya. Serta Han Shiang, istri kedua Albuqa Khan yang dulunya adalah selir Kaisar Tuqluq Timur Khan, selalu berusaha mendapatkan kekuasaan lebih dengan kelicikannya yang bagai ular berbisa.
SY dalam klimak ceritanya yang merupakan kemenarikan dari TRE adalah untuk mengiring pembaca pada sebuah analisis konflik. Yaitu pada saat pecahnya perang antara dua kubu. Kekuatan kaum Muslim begitu tak sekufu bila dibandingkan pasukan Mongol. Kesucian akidah-akhlak yang menyatu dengan iman serta semangat ukhuwah islamiyah adalah modal utama sekaligus amunisi yang dahsyat nan ampuh yang dimiliki TK dan sekutu-sekutunya dalam merancang strategi. Itu semua ternyata menjadi energi dan bahan bakar yang super sekali bagi perjuangan TK. Jadi spirit yang tak pernah lapuk dan sirna bila dibandingkan dengan kekuatan semu pasukan Mongol yang dibangun dari ketakutan tanpa ketulusan. SY menganalogkan bahwa: Arghun membangun suatu kekuasaan yang megah bersepuh emas, tapi berpondasikan pasir. Fenomena itulah yang akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi Arghun dan Albuqa Khan dalam merancang strategi perang.
Disisi lain kemenarikan dalam buku ini adalah bahasanya yang khas, tidak neko-neko dan lugas. Artinya kehadiran novel TRE ini bisa dibaca siapa saja siswa SMP, SMA bahkan perguruan tinggi. Selain bermuatan sejarah tapi juga mengajarkan etika kepemimpinan yang sekarang ini menjadi isu sentral baik sekala nasional dan maupun dunia.
Karakter tokoh yang munculkan SY ternyata memiliki andil dalam membangun kesatuan cerita yang utuh. Misalnya bagimana SY mengambarkan pertemuan antara Baruji atau TMK dengan Almamuchi. Dan juga SY dalam kepiawaian dalam menciptakan konflik cerita dari ketiga pangeran tersebut.
Satu hal yang menjadi kelemahan dalam buku ini (sekaligus tanda tanya besar dalam benak saya. Mengapa SY dalam novel ini yang notabene settingnya Mongol tidak menghadirkan kata-kata yang cukup representatif mengindikasi kata-kata atau bahasa Mongol yang terucap dari para pelaku atau tokoh-tokoh. Atau simbol simbol peradaban Mongol kala itu? Dan kalaupun ada bukan mewakili karena dalam bentuk catatan kaki. Misalnya istilah-istilah asing seperti: urum, aarul, airag (hal: 7), Mdo ndzangs blun (hal:35). Begitu juga bagusnya sampul tidak diimbangi dengan kualitas kertas karena dalam bentuk buram. Ya semestinya kertas putih. Kalau SY mencantumkan itu semua justru novel ini akan terlihat Mongol banget dan juga elegan.
Imajinasi terdeskripsi yang sangat super luar SY dapat dijadikan panduan bagi para bapak dalam mimpin keluarga sebagai miniatur terkecil dalam masyarakat, para birokrat, dan para pemimpin bangsa (baca: calon Presiden yang akan memipin negeri ini 5 tahun mendatang )agar selalu berpegang teguh etika kepemimpinan yang santun, jujur, terbebas dari intrik balas dendam dan selalu mengayomi kita sebagai umat manusia. Karena kekuasaan bisa celaka manakala tanpa disemangati jiwa keteladanan dan tergoda pada kesenangan semu semisal kecantikan dan memuja harta dan tahta. Tentunya sudah saatnya era kepemimpinan di era prural (baca: disekitar kita/negeri ini) ini lebih mendasarkan pada hegemoni cinta pada sesama bukan pada kemilau kefanaan. Dan teruslah belajar sampai ke negeri Mongolia. Bukankah begitu Mbak SY, para bapak, camat, bupati, ulama, kiai, gubernur, atau pak presiden?




*) Peresensi adalah pemerhati buku, Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Bojonegoro-Jatim. Guru SMAN 3 Bojonegoro-Jatim. Sekarang sedang menempuh Program Magister S2 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Alumnus S1 IKIP Malang tahun 1995. E-mail: zuzanto@telkom.net. Blog: rahmasusanto.blogspot.com. No.Rekening BNI Cab. Bojonegoro: 0072730090. Kini tingal bersama istri dan 1 putra dan 1 putri di Jl. Kyai Mojo Gang Buyut Pani V Bojonegoro-Jatim. Telp. 0353-5932310. HP. 08563063498.
Biodata Peresensi:

Nama : Susanto, S. Pd.
Tempat tanggal lahir : Bojonegoro, 15 Mei 1970
Pekerjaan : PNS Guru SMA Negeri 3 Bojonegoro
Jl. Monginsidi 9 Bojonegoro
Telp. 0353-882180 Bojonegoro
Jawa Timur
Alamat : Jl. Kyai Mojo Gg Buyut Pani V
Bojonegoro-Jatim HP. 085-63063498
0353-5932310,
E-mail : zuzanto@telkom.net
Blog : http://rahmasusanto.blogspot.com/
NIP : 132 158 299
Golongan : IV-a
Nomor Rekening : BNI Cabang Bojonegoro: 0072730090
Pendidikan Terakhir : S-1 IKIP Malang, 1995 Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Prestasi : Pernah mendapatkan Program
Bea Siswa TID (Tunjangan Ikatan Dinas)
sehingga diangkat menjadi PNS tidak
melalui tes dan langsung diangkat
atau penempatan.
Pengalaman mengajar : 1995-1996 mengajar di SMA
Negeri 1 Kedungadem-Bojonegoro;
Pada tahun 1997-2003 mengajar di SMP
Negeri 1 Sampang Madura. Pada tahun
2003 sampai sekarang mengajar
di SMA Negeri 3 Bojonegoro
Jawa Timur. Menjadi Dosen pada IKIP PGRI
Bojonegoro 2008-sekarang.

Pengalaman Menulis dan Tulisan yang Pernah Dimuat di Media Massa:

Jawa Pos, 16 April 1993: Ujian Depkeu
Jawa Pos, 24 Juni 1993: Reorientasi Fungsi
Jawa Pos, 1 Februari 1994: “Ayam Kampus” Merambah Menara Gading
Jawa Pos, 7 Maret 1994: Skorsing yang Mendidik
Jawa Pos, 19 Mei 1994: Mewaspadai Joki UMPTN
Jawa Pos, 8 Juni 1994: Rektor Digugat Mahasiswa Sendiri
Jawa Pos, 28 Juli 1994: PP 15 1994 dan Nasib PT
Surya, 30 Agustus 1994: Kepuasan Pria dari Nyeleweng: Benarkah?
Jawa Pos, 18 Oktober 1994: Surat Terbuka untuk UKSW
Surya, 19 Oktober 1994: Komentar lomba ludruk Se-Jawa Timur: Ludruk Ditengah Derasnya Informasi Global.
Jawa Pos, 25 Januari 1995: Gelar dan Plus-Minus PT
Jawa Pos, 5 Maret 1995: Resensi Buku: Keadilan Versi Feminisme
Jawa Pos, 12 Juli 1995: Delik Perizinan, Dilema Rektor
Karya Darma, 28 Februari 1996: Angin Segar Bagi LPTK
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 19 November 2002: Genderang Pilbup Bojonegoro
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 15 Juli 2003: Tanggapan untuk Mundzar Fahman: Bila Budaya Korupsi Kian Membumi
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 11 Feb 2004:Perempuan Jadi Wakil Rakyat: Why Not?
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 3 Nov 2004: Seleksi CPNS-GB Semarawut: Salah Siapa?
Radar Bojonegoro, Jawa Pos, 6 Februari 2005 : Reorientasi UNAS
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 22 Mei 2005: Pro dan Kontra Penerapan SKS di SMA
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 8 Agustus 2005: Membangun Bojonegoro Berbasis Kerakyatan
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 14 Mei 2006: Sekali Lagi Menyoal Ujian Akhir Nasional: UAN dan BUDAYA INSTAN.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Rabu, 28 Juni 2006: Pro dan Kontra Unas Ulang.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Rabu, 6 Desember 2006: Penghentian Tayangan Smack Down.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 25 Maret 2007: Tanggapan atas Tulisan Agus Rismanto Susanto: Pilkada dan Hegemoni Politik Uang.
Jawa Pos : Selasa, 24 Juli 2007: Prokon Aktivis; Tayangan TV Pemicu Kekerasan Anak
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: 27 Januari 2008: Tanggapan untuk Muhajir, S.Pd: Unas 2008 (Bisa) Membunuhku.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 6 April 2008: Dibalik Pemblokiran Situs Porno: Remaja; Bagaimana Harus Bersikap?
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Rabu, 2 Juli 2008: PSB Online: Siapa yang Diuntungkan?
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 31 Agustus 2008: Ramadan 1429 H Momentum Introspeksi Diri dan Antikorupsi.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 5 Oktober 2008: Ijazah Instan dan Plus-Minus PT.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos: Minggu, 26 Oktober 2008: Refleksi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober; Revitalisasi Semangat Sumpah Pemuda
Radar Bojonegoro, Jawa Pos; Minggu, 7 Desember 2008: Catatan dari Kongres Guru Indonesia (KGI) 27-28 Nopember 2008: Guru Harus Bisa Tumbuhkan Inspirasi.
Radar Bojonegoro, Jawa Pos; Rabu, 24 Desember 2008: Refleksi Mothers Day 22 Desember 2008: Wanita dan Karakeristik Bangsa






Prestasi Lomba Kepenulisan:

Menjadi juara II se-Kab. Bojonegoro dalam Lomba Menulis Essay untuk kategori Guru yang diselenggarakan oleh DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bojonegoro pada tanggal 11 Juni 2006 dengan Judul: Surat Terbuka Kepada Bupati Bojonegoro.

Menjadi juara II se-Kab. Bojonegoro dalam lomba Menulis Resensi Buku yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) yang bekerjasama dengan Exxon Mobile Ltd. Pada tanggal 26 Oktober 2008.

Menjadi Juara II se-Jatim dalam lomba menulis artikel ilmiah kategori guru yang diselenggarakan oleh panitia dies natalis Unair Surabaya ke-54 pada 29 Nopember 2008.

Pengalaman Organisasi Kepenulisan:

Menjadi Staf Redaksi Majalah MAKNA Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Malang tahun 1993/1994.
Menjadi Staf Redaksi Koran Kampus KOMUNIKASI IKIP Malang tahun 1993/1994.
Menjadi Pembina Majalah REFLEKSI News SMA Negeri 3 Bojonegoro tahun 2003 sampai sekarang.
Menjadi salah satu tim penyusun Bahan Ajar (BUKU PEGANGAN) Kurikulum KTSP SMA DIKNAS se-Kabupaten . Bojonegoro tahun 2006.
Menjadi salah satu tim pengembang KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) DIKNAS Bojonegoro tahun 2007.

Sabtu, 27 Juni 2009

tugas pak edi dan sarwiji

Untuk menentukan pilihan apakah dalam bahasa Indonesia ada fonem /v/ dan /f/ atau hanya /f/, pertimbangan-pertimbangan berikut layak digunakan. Pertama, dalam bahasa sumber (donor), seperti dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris, ada fonem /v/ dan fonem /f/. Dasar yang dipergunakan tentu saja adalah cirinya yang distingtif. Kedua, dalam bahasa Indonesia ada fon /v/ dan fon /f/. Fon [v] seperti pada kata valuta adalah realisasi fonem /v/, bukan ralisasi fonem /f/. Ketiga, ada fon [f] yang merupakan realisasi fonem /f/ seperti pada kata fiktif dan yang merupakan realisasi fonem /v/ seperti pada kata rival dan vital. Pertimbangan ciri distingtif tampaknya tidak dapat diterapkan karena banyak kata dalam bahasa Indonesia yang mengandung /v/ dengan realisasi [f].
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, cukup beralasan jika diperikan bahwa:
Pertama, bahasa Indonesia terdapat dua fonem konsonan labiodental friaktif, yakni fonem labiodental friaktif bersuara /v/ dan fonem labiodental friaktif tak bersuara /f/ sebagaimana yang dikemukakan oleh Lacdonald dan Dardjowidjojo (1967). Hal yang layak diterima adalah implikasi realisasi fon [v] dan [f] bagi fonem /v/ dalam pelafalan bahasa Indonesia. Preferensi realisasi [v] perlu ditegakkan untuk menciptakan kaidah yang konsisten. Bahwa mayoritas penutur bahasa Indonesia tidak menggunakan fonem /v/, tetapi menggunakan fonem [f] dan [p], sebagaimana yang dikemukakan oleh Macdonald dan Dardjowidjojo (1967:14), dapat disikapi sebagai bukti adanya realisasi fonetis fonem /v/ yang belum ideal.
Kedua, berdasarkan uraian tersebut, perian realisasi fonetis fonem /v/ dan /f/ masing-masing dapat dikemukakan sebagai berikut.
Fonem /v/ direalisasikan dalam dua alternatif fon, yakni fon [v] dan [f]. Realisasi [v] terwujud jika tidak terjadi kenirbersuaraan 9devoicing), sedangkan realisasi [f] terwujud jika terjadi kenirbersuaraan.
Fonem /f/ direalisasikan dalam satu alternatif fon, yakni [f].
Contoh-contoh lain fonem /v/ yang direalisasikan sebagai [v] dan [f] dapat dilihat pada kata- kata berikut.

Realisasi /v/
Valid [valid]
Visa [visa]
Kavaleri [kavaleri[
Revolusi [revolusi]



Realisasi /f/
Evaluasi [efaluasi]
Vakansi [fakansi]
Vital [fital]
Revisi [refisi]

Ketiga, berdasarkan perian tersebut, dapat dikemukakan bahwa ada fon [f] yang merupakan realisasi fonetis fonem /v/ dan ada fon [f] yang merupakan realisasi fonem /f/. Akan tetapi, preferensi perlu dikemukakan, yakni realisasi ideal fonem /v/ adalah [v], bukan [f]. Dalam konteks pembakuan lafal, preferensi tersebut dipandang penting. Realisasi fonem /v/ menjadi [v] adalah realisasi yang baku, sedangkan realisasi fonem /v/ menjadi [p] adalah realisasi tidak baku. Tumpuan harapan realisasi lafal baku tersebut penutur kalangan terpelajar.

tugas pak edi dan pak sarwiji yang paling sulit

Minggu, 14 Juni 2009

Presentasi KTI

Proposal (Usulan) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Judul

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI STRATEGI DWA (DIRECT WRITING ACTIVITY)
(Sebuah Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009)

I.Pendahuluan
a.Latar Belakang
Kemampuan menulis argumentasi merupakan kemampuan suatu kemampuan berbahasa dengan mengungkapkan argumen-argumen atau alasan dalam mengkomunikasikan baik secara tidak langsung maupun langsung.
Dalam kegiatan modern kemampuan menulis seseorang khususnya dalam menulis argumentasi sangatlah dibutuhkan. Dengan kemampuan menulis argumentasi seorang akan diakui kebereadaanya khususnya menyampaikan gagasan atau mengkomunikasikan pikiran-pikiran. Menurut Mosley dalam Guntur Tarigan (1985: 4) Sebab bagaimanapun orang orang yang dapat menyusun pikiran dan mengutarakan dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.
Dalam kenyataan yang terjadi bahwa kemampuan menulis argumentasi siswa kelas XI IPA SMAN 3 Bojonegoro sangat dinamis. Sehubungan dengan permasalahan tersebut penelitian ini kami berijudul: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI STRATEGI DWA (DIRECT WRITING ACTIVITY) Sebuah Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009.
Dan untuk itu, maka penelitian ini untuk memastikan bagaimanakah kemampuan menulis argumentasi dengan strategi DWA apakah terjadi peningkatan? Jadi dengan inilah penelitian ini dilakukan untuk memperoleh dsekripsi singkat dan setail terkait strategi DWA dalam upaya peningkatan kemampuan menulis.

b.Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimanakah penerapan strategi DWA (Direct Writing Activity) dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi siswa Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009?
2. Apakah penerapan DWA (Direct Writing Activity) dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi siswa Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009?

c.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis argumentasi melalui strategi DWA (Direct Writing Activity) di Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009

d. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
Siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif dalam pembelajaran menulis argumentasi melalui strategi DWA (Direct Writing Activity).
2. Guru
Menambah wawasan guru dalam pembelajaran menulis argumentasi melalui strategi DWA (Direct Writing Activity).
3. Sekolah
Sebagai pemasukan bagi sekolah tentang bagaimana menggunakan strategi DWA (Direct Writing Activity) dalam pembelajaran menulis argumentasi.


II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
a. Kajian Teoretis
1. Hakikat Kemampuan Menulis Argumentasi
Menulis adalah adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan: 1985: 21). Sementara itu kata argumentasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001: 64) adalah alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat.
Berdasarkan batasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis argumentasi adalah kemampuan menulis seorang akan diakui kebereadaanya khususnya menyampaikan gagasan atau mengkomunikasikan pikiran-pikiran dengan disertai alasan-alasan atau pendapat yang didukung alas an yang jelas. Sebab bagaimanapun orang orang yang dapat menyusun pikran dan mengutarakan dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.

2. Hakikat Strategi DWA (Direct Writing Activity)
Strategi ini terfokus pada proses pembimbingan aktivitas menulis siswa secara langsung (Blake dan spennato dalam Eanes, 1997: 478). Kegiatan awal yang dilakukan adalah (1) menyiapkan siswa untuk menulis; (2) membentuk kelompok berpasangan (partnersiswa), dan (3) menginformasikan tujuan pembelajaran, misalnya siswa diharapkan dapat menulis karangan argumentasi. Pada kegiatan pramenulis, siswa diminta untuk membaca sejumlah teks yang disediakan guru agar mampu menemukan ide yang memberikan kemampuan untuk tulisannya. Ide yang ditemukan dicatat. Guru dan siswa lain membantu menyeleksi ide yang dapat dipilih secara tepat. Guru membantu siswa mengembangkan daftar sumber informasi atau teks yang mungkin diperlukan siswa.
Selanjutnya, guru membantu siswa memformulasikan pertanyaan-pertanyaan yang mesti dijawab siswa dalam tugas menulis. Misalnya, dengan pertanyaan model jurnalistik 5W dan 1H. Siswa dengan bantuan guru memutuskan sumber informasi (teks) yang mungkin dapat membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jika terjadi kesenjangan(gap) untuk kelengkapan dan keakurasian informasi atas pertanyaan tersebut, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk konsultasi.
Pada kegiatan inti, saat-menulis (1) siswa mengorganisasikan ide dan menulis draf awal, (2) draf awal yang disusun dibacakan kepada partnersiswa (teman sebangku) dan guru untuk mendapatkan balikan atau masukan dan anjuran berbagai aspek tulisan, misalnya apakah maksud tulisanmu sudah tepat? Atau apakah tidak sebaiknya kalimatmu kamu nyatakan dengan cara begini? Balikan atau masukan dan anjuran itu dicatat pada draf awal. (3). Setelah direvisi draf berdasarkan balikan atau masukan dan anjuran yang ditawarkan itu, darf kedua diedit oleh partner siswa dan guru tentang aspek mekanis, seperti penulisan huruf capital, tanda baca, komponen kebahasaan lainnya. Partner siswa dan guru memberikan penghargaan atau pujian tertulis tentang beberapa aspek tulisan dan disertai komentar dan hal-hal tersebut. (4) kemudian, siswa menulis kembali ke dalam draf (tulisan) final.
Pada kegiatan penutup, pascamenulis (1) siswa mempublikasikan kepada teman atau majalah dinding untuk mendapatkan respon. Alokasi waktu dalam pembelajaran bersifat fleksibel.

b. Kerangka Berfikir
Pada prinsipnya menulis argumentasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan dalam bentuk tulisan yang mengedepakan argumen. Sebuah karangan yang dibuat siswa akan baik manakala juga terkait dengan strategi yang digunakan.
Peningkatan kemampuan menulis argumentasi melalui strategi DWA (Direct Writing Activity) siswa Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009 tidaklah mudah. Paling tidak siswa harus memahami lebih detail konsep dan kakikat karangan argumentasi.
Dengan strategi ini siswa dapat terjalin suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dengan kata lain, siswa juga merasa lebih aktif, siswa bisa sharing dengan teman, dan siswa kritis guru kreatif.

c. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teoritis, dan kerangka berfikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Peningkatan kemampuan menulis argumentasi siswa Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009 dapat dilakukan dengan melalui penerapan strategi DWA (Direct Writing Activity).
Penerapan strategi DWA (Direct Writing Activity) dapat meningkatkan kemampuan kemampuan menulis argumentasi siswa kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro.

III. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang berjudul: Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentasi Melalui Strategi DWA (Direct Writing Activity) di Kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro 2009, termasuk penelitian tindakan kelas.

b. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 3 SMAN 3 Bojonegoro mulai bulai Juli 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009 selama 4 bulan. Secara rinci kegiatan yang dilakukan untuk 4 bulan tersebut sebagaimana pada table berikut:




c. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru atau peneliti sendiri dalam hal ini guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 3 Bojonegoro dan siswa kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro.
d. Data dan Sumber data
Data penelitian ini meliputi : (1) data kemampuan menulis argumentasi (2) strategi DWA. Sumber data yang akan diambil adalah berasal dari informan, yaitu guru mata pelajaran pada kelas XI IPA3 SMAN 3 Bojonegoro. Dan juga data tentang ketrampilan menulis argumentasi sebelum dan setelah diterapkanya strategi DWA
e. Teknik Pengumpulan Data
Populasi target penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA sedangkan populasi terjangkau adalah siswa kelas XI IPA 3 tahun pelajaran 2008/2009 seluruhnya berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:
a. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menyusun langkah-langkah perbaikan agar lebih efektifdan efisien. Observasi dilakukan dengan memusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran serta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.
b. Tes
Kemampuan menulis argumentasi pada siswa dikukur melalui tes dalam uraian dalam bentuk mengarang. Hasil siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan.
f. Validitas Data
Dalam penelitian ada dua data, yaitu (1) data peningkatan kemampuan menulis argumentasi, (2)) Strategi DWA (Direct Writing Activity). Kedua data tersebut teknik pengumpulan data masing-masing dijaring dengan menggunakan instrumen tes.



g. Teknik Analsis Data
Data yang telah terkumpul dengan instrument penelitian ini kemudian, dilakukan analisis kritis dan deskriptif komparatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data penelitian yang berupa deskripsi tentang peningkatan kemampuan menulis argumentasi, data tentang strategi DWA (Direct Writing Activity). Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan dalam indicator kerja.
h. Indikator Kerja
Indikator kerja dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:
Minimal 85% siswa memperoleh nilai 70 atau lebih dalam kemampuan menulis argumentasi sebagai ambang batas tuntas
i.Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan proses dalam penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini melalui beberapa tahap:
a.Mengembangkan fokus penelitian
b.Rencana tindakan perbaikan
c.Pelaksanaan tindakan dan observasi serta interpelasi
d.Analisis dan refleksi
e.Perencanaan tindak lanjut













DAFTAR PUSTAKA

Gorys Keraf. 1984. Komposisi. Ende Flores: Penerbit Nusa Indah.

Henry Guntur Tarigan. 1985. Menulis Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): 2001: Balai Pustaka.

Rustamaji. 2006. Panduan Belajar Bahasa Indonesia. Penerbit: Yogyakarta: Penerbit Primagama.